Protes dan demonstrasi menyatakan pendapat
di zaman modern ini tampaknya sudah beralih dari jalan raya menuju dunia
internet. Akhir-akhir ini, mencuat fenomena baru bernama gerakan hactivism yang
dipelopori oleh kelompok bernama Anonymous. Apakah hactivism, siapakah mereka,
serta apa tujuannya? Pembuat fi lm dokumenter, Brian Knappenberger, mencoba
menelusuri fenomena ini.
Istilah hactivism diambil dari kata hacking atau meretas. Pertama kali kata itu
dipopulerkan oleh anggota kelompok peretas Cult of the Dead Cow pada 1996. Bila
meretas dikategorikan sebagai kegiatan ilegal, terutama kriminalitas seperti
penipuan kartu kredit, hactivism lebih bertujuan politis, bahkan sering
dianggap sebagai tindakan cyber-terrorism.
Dalam tiga tahun belakangan, muncul sebuah gerakan hactivism yang dipelopori
oleh kelompok yang menamakan dirinya Anonymous. Kelompok itu bertujuan
memperjuangkan kebebasan berpendapat dan menolak penyensoran internet. Sepak
terjang kelompok itu termasuk meretas situs-situs pemerintahan seperti FBI atau
situs komersil seperti PayPal, Sony, dan MPAA. Bahkan kelompok Anonymous secara
tak langsung membantu perjuangan revolusi rakyat Mesir.
Cikal bakal kelompok ini lahir dari situs forum komunitas bernama 4chan yang
dibentuk oleh Christopher "Moot" Poole pada 2003, saat ia masih
berusia 15 tahun. Dalam forum itu, siapa pun pengguna atau user dapat
mengunggah gambar (posting) tanpa harus menuliskan identitas apa pun alias anonim.
Banyak lelucon internet, distilahkan dengan meme, akhirnya populer di dunia
nyata berasal dari forum ini. Sebut saja LOLcats dan Nyan Cats atau rickrolled
(sebuah gurauan, yakni bila user hendak mengunjungi satu situs, akan dialihkan
ke tautan video Never Gonna Give You Up oleh Rick Astley).
Gurauan itu semakin serius saat para user anonim ini menyerang Hal Turner,
pembawa acara radio simpatisan Nazi serta situs Neo-Nazi dengan operasi bernama
Blitzkrieg. Kemudian kepada Gereja Scientology dengan operasi Project Chanology.
Protes kepada Scientology mengarah pada demonstrasi sungguhan ketika ratusan
pendemo mengenakan topeng Guy Fawkes dari fi lm V for Vendetta (2006)
berlangsung di hampir seluruh cabang aliran itu di seluruh dunia.
Anonymous semakin gencar melaksanakan protes damai, baik di dunia nyata maupun
internet. Seperti meretas situs Paypal demi mendukung penahanan Julian Assange,
pendiri WikiLeaks hingga membantu revolusi rakyat Tunisia dan Mesir saat
pemerintah memblokir akses internet. Puncaknya ialah saat FBI menutup dan
menahan pendiri situs penyimpan dan berbagi data MegaUpload dengan mengeluarkan
peraturan SOPA (Stop Online Piracy Act) dan PIPA (Protect IP Act).
Gerakan Kolektif
Tidak seperti kelompok peretas lain, keberadaan Anonymous sulit dilacak. Tidak
ada badan resmi, tidak bermarkas di satu tempat, dan tanpa struktur organisasi.
Artinya, tak ada ketua atau penggerak ataupun organisator. Mereka adalah
individu yang tak saling mengenal, bahkan tak pernah bertatap muka sebelumnya.
Walaupun sudah, mungkin tak mengenali bahwa masing-masing terlibat gerakan ini.
Target serangan mereka juga tidak ditentukan sebelumnya dan tidak terencana
fokus menyerang satu badan pemerintahan atau organisasi tertentu lainnya. Siapa
pun dapat bergabung dan berhenti bila merasa tujuan gerakan ini tak sesuai
dengan dirinya. Walau berawal dari situs 4chan, tidak semua user situs itu
otomatis menjadi anggota Anonymous. Semua pengguna internet ataupun bukan, di
mana pun mereka berada, bahkan di belahan dunia terpencil pun, bila memiliki
pendapat dan kepentingan yang sama, dapat bergabung.
Pihak berwajib sering menganggap kelompok itu adalah anggota teroris dunia
cyber. Beberapa tersangka di beberapa negara sempat diciduk dan dituntut
hukuman yang bahkan jauh lebih berat dari kriminalitas di dunia nyata. Salah
satu tersangka yang dituduh sebagai ketua Anonymous ialah seseorang yang
dikenal dengan sebutan Commander X. Commander X menolak tuduhan itu dan
menampik bahwa Anonymous adalah gerakan teroris meski ia mengakui bahwa dirinya
memang peretas dan pendiri Peoples Liberation Front (PLF), kumpulan peretas
yang berdiri sejak 1985 dan bekerja sama dengan Anonymous dalam menyerang situs
pemerintahan di negara-negara Arab seperti Tunisia, Mesir, Bahrain, dan Iran.
Anonymous juga tidak sepenuhnya menargetkan kepentingan politik dan vandalisme
privasi seseorang dalam komputer. Mereka juga melancarkan Operasi Darknet, yang
melacak dan menghentikan situs-situs pornografi anak di bawah umur. Seorang
tersangka pelaku pornografi anak di internet, Chris Forcand, mengaku telah
"dikuntit" oleh penyerang cyber sebelum polisi turun tangan.
Sayangnya, Brian Knappenberger, yang sebelumnya menghasilkan serial dokumenter
untuk televisi, terlihat berat sebelah dengan sedikit menampilkan narasumber
kompeten yang anti dan menentang gerakan ini meski ia tidak juga terlihat
mendukung para "Robin Hood" dunia maya ini. Setidaknya, dokumenter
yang mencuri perhatian pada berbagai festival film dunia ini seperti memberikan
informasi tentang fenomena internet ini. Apakah ini bentuk baru demokrasi
kebebasan berpendapat, people power, atau keisengan yang hanya mencari sensasi
semata?
ruben yan bolang
Mengutip:
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/103621
0 komentar:
Posting Komentar